Kenyataan Menyedihkan di Balik Sehelai Pakaian

Child laborers carry stones on their head at a stone crusher on the eve of World Day against Child Labor, on the outskirts of Gauhati, India, Wednesday, June 11, 2008. (AP Photo/Anupam Nath)

Pernahkah Anda bertanya-tanya darimana pakaian yang Anda beli berasal? Siapa yang membuatnya? Bisa saja kaos keren yang Anda pakai adalah produk perbudakan modern.
 
Masih segar di ingatan kita berita mengenai runtuhnya gedung di Bangladesh yang menewaskan 1.127 pekerja industri garment. Jangankan asuransi kecelakaan kerja, lingkungan tempat mereka bekerja pun tak dibuat nyaman. Hasil penyelidikan sementara menyatakan, pemilik gedung sengaja menambah lantai tambahan demi menampung pekerja lebih banyak. Selain itu gedung tersebut juga tak didesain untuk menahan alat-alat berat industri garmen. Itulah yang kemudian mengakibatkan gedung tersebut runtuh dan hancur.
 
Di negara maju seperti Amerika Serikat, perbudakan modern juga masih terjadi. Bulan Desember lalu produsen pakaian jadi di Los Angeles dikenai tuntutan tentang perbudakan modern karena terbukti memberikan upah terlalu rendah, dan menetapkan jam kerja yang terlalu panjang.
 
Perusahaan ini yang membuat produk fashion ternama seperti Aldo , FOREVER 21 dan Urban Outfitters. Salah satu pekerja mengaku hanya mendapatkan upah 12 sen dari satu rompi yang dilabeli harga $13,80 di FOREVER 21.
 
Tapi kenyataan di atas tak ada apa-apanya dengan yang terjadi di India di tahun 2007.  Sebuah perusahaan yang membuat produk GAP  terbukti melakukan perbudakan anak.
 
"Kami dipaksa bekerja hingga jam satu pagi. Aku merasa sangat letih dan sakit. Jika kami menangis, kami dipukul dengan pipa karet. Beberapa anak mulutnya diganjal dengan kain berlumur minyak sebagai hukuman," kata Jivaj, seorang pekerja berumur 12 tahun.
 
Di bulan April lalu,  sebuah lembaga pembela buruh menemukan perusahaan di Argentina yang mempekerjakan anak-anak di bawah umur. Diduga, perusahaan itu yang memproduksi koleksi busana ZARA. Akan tetapi pihak ZARA dengan tegas mengumumkan bahwa mereka tak memiliki hubungan apa pun dengan perusahaan Argentina tersebut. Hingga saat ini, tuduhan tersebut belum terbukti.
 
Kini banyak industri garmen yang sudah menyadari hak-hak pekerjanya. Di awal  minggu ini, perusahaan seperti ZARA, H&M, Tommy Hilfiger,  dan Calvin Klein menandatangani perjanjian di Bangladesh mengenai jaminan keselamatan gedung pabrik mereka. Sementara itu, GAP menolak menandatangani perjanjian, namun secara lisan berjanji akan menjamin kesejahteraan pekerjanya.
 
Label-label seperti Levi's, Abrecombie & Fitch, GAP dan American Eagle Outfitters juga telah menandatangani perjanjian untuk tidak membeli kain katun dari Uzbekistan yang terbukti mempekerjakan anak-anak di bawah umur.
 
Kalau baju Anda bagaimana?


Sumber: Yahoo