Saham2 yang masuk dalam Indeks LQ45 seringkali menjadi acuan para trader untuk memilih saham2 yang cenderung likuid, karena saham2 yang masuk dalam Indeks LQ45 ini memiliki pengaruh / menjadi motor penggerak IHSG. Baca juga: Daftar Saham Indeks LQ45 terbaru.
Nah, sekarang ini Bursa Efek Indonesia (BEI) juga telah meluncurkan saham2 Indeks IDX80. Apa itu indeks IDX80? Di pos sebelumnya, kita sudah membahas bersama. Kamu Dapat baca lagi disini: Saham-saham Indeks IDX80.
Jadi mana yang lebih baik dijadikan sebagai acuan trading: Indeks LQ45 atau IDX80? Sebelum saya menjawab mana yang lebih bagus, saya akan memaparkan kelebihan dan kekurangan masing2 indeks.
Indeks LQ45 kelebihannya adalah: Saham2 yang terdaftar di indeks ini, lebih disaring secara ketat untuk menghasilkan saham2 likuid yang mampu menjadi penggerak pasar atau yang Dapat mewakili IHSG. Jadi Kamu yang biasanya trading dengan mengikuti dan mencermati arah pasar, indeks LQ45 ini sudah sangat cukup untuk Kamu jadikan benchmark trading Kamu.
Namun kekurangannya, tentu saja kalau Kamu tradingnya cuma di 45 saham ini, pilihan Kamu akan sedikit. Karena di pasar saham, saham2 yang likuid sebenarnya nggak hanya LQ45. Tapi banyak juga saham2 lapis dua yang masih likuid dan bagus untuk trading.
Nah, kelemahan di LQ45 ini ditutup dengan adanya indeks IDX80, di mana pada IDX80: Kamu punya pilihan saham yang lebih banyak, karena IDX80 bukan hanya memasukkan 45 saham likuid, tapi ditambah lagi menjadi totalnya 80 saham yang disaring berdasarkan penilaian fundamental, free float dan likuiditasnya.
Tapi setelah saya pelajari saham2 yang ada di IDX80, saya melihat beberapa saham yang secara likuiditas dan fundamental sebenarnya nggak bagus2 amat. Contohnya saham2 yang masuk IDX80 seperti BKSL, WOOD, HOKI, BEST.
Beberapa saham seperti BKSL dan BEST ini juga rentan digoreng bandar. Dan sebagai informasi, BKSL ini juga sudah keluar dari LQ45 baru-baru ini, tapi dimasukkan dalam IDX80. Dan pergerakan BKSL sebelum keluar dari LQ45 juga mulai meragukan sekali, karena sahamnya (meskipun terkesan likuid) tapi banyak digoreng.
Kesimpulannya: Semua indeks baik indeks LQ45 maupun IDX80 sebenarnya sama2 Dapat dijadikan acuan untuk trading, khususnya Kamu yang sering menjadikan indeks sebagai acuan trading Kamu.
Hanya yang perlu Kamu analisa lebih lanjut adalah: Kalau Kamu adalah tipikal trader yang benar2 memiliki profil toleransi risiko yang rendah (cenderung menghindari risiko), Kamu Dapat pilih saham2 indeks LQ45 saja. Sedangkan untuk pemula, saya juga menyarankan Kamu untuk memulai dengan menjadikan indeks LQ45 sebagai acuan trading.
Yap, karena indeks LQ45 ini memang jauh lebih populer dibandingkan IDX80, dan selain itu, alasan2 yang saya sebutkan tadi beberapa saham tambahan di indeks IDX80 adalah saham2 yang cukup berisiko untuk pemula.
Sedangkan jika Kamu sudah biasa coba saham2 LQ45, Kamu baru Dapat bandingkan dengan saham2 yang ada di IDX80, atau Kamu Dapat trading langsung di saham2 yang masuk di IDX80. Kamu yang ingin punya lebih banyak pilihan saham untuk acuan trading, Kamu Dapat melirik saham2 di IDX80 ini.
Tapi yang pertama harus Kamu kuasai dulu adalah saham2 di indeks LQ45-nya itu sendiri, karena LQ45 sampai saat ini tetap merupakan indeks yang paling populer dan mayoritas saham LQ45 adalah saham2 penggerak Bursa. Hal ini berbeda dengan saham2 IDX80, di mana ada banyak saham yang kapitalitasi pasarnya tidak terlalu besar.
Indeks LQ45 kelebihannya adalah: Saham2 yang terdaftar di indeks ini, lebih disaring secara ketat untuk menghasilkan saham2 likuid yang mampu menjadi penggerak pasar atau yang Dapat mewakili IHSG. Jadi Kamu yang biasanya trading dengan mengikuti dan mencermati arah pasar, indeks LQ45 ini sudah sangat cukup untuk Kamu jadikan benchmark trading Kamu.
Namun kekurangannya, tentu saja kalau Kamu tradingnya cuma di 45 saham ini, pilihan Kamu akan sedikit. Karena di pasar saham, saham2 yang likuid sebenarnya nggak hanya LQ45. Tapi banyak juga saham2 lapis dua yang masih likuid dan bagus untuk trading.
Nah, kelemahan di LQ45 ini ditutup dengan adanya indeks IDX80, di mana pada IDX80: Kamu punya pilihan saham yang lebih banyak, karena IDX80 bukan hanya memasukkan 45 saham likuid, tapi ditambah lagi menjadi totalnya 80 saham yang disaring berdasarkan penilaian fundamental, free float dan likuiditasnya.
Tapi setelah saya pelajari saham2 yang ada di IDX80, saya melihat beberapa saham yang secara likuiditas dan fundamental sebenarnya nggak bagus2 amat. Contohnya saham2 yang masuk IDX80 seperti BKSL, WOOD, HOKI, BEST.
Beberapa saham seperti BKSL dan BEST ini juga rentan digoreng bandar. Dan sebagai informasi, BKSL ini juga sudah keluar dari LQ45 baru-baru ini, tapi dimasukkan dalam IDX80. Dan pergerakan BKSL sebelum keluar dari LQ45 juga mulai meragukan sekali, karena sahamnya (meskipun terkesan likuid) tapi banyak digoreng.
Kesimpulannya: Semua indeks baik indeks LQ45 maupun IDX80 sebenarnya sama2 Dapat dijadikan acuan untuk trading, khususnya Kamu yang sering menjadikan indeks sebagai acuan trading Kamu.
Hanya yang perlu Kamu analisa lebih lanjut adalah: Kalau Kamu adalah tipikal trader yang benar2 memiliki profil toleransi risiko yang rendah (cenderung menghindari risiko), Kamu Dapat pilih saham2 indeks LQ45 saja. Sedangkan untuk pemula, saya juga menyarankan Kamu untuk memulai dengan menjadikan indeks LQ45 sebagai acuan trading.
Yap, karena indeks LQ45 ini memang jauh lebih populer dibandingkan IDX80, dan selain itu, alasan2 yang saya sebutkan tadi beberapa saham tambahan di indeks IDX80 adalah saham2 yang cukup berisiko untuk pemula.
Sedangkan jika Kamu sudah biasa coba saham2 LQ45, Kamu baru Dapat bandingkan dengan saham2 yang ada di IDX80, atau Kamu Dapat trading langsung di saham2 yang masuk di IDX80. Kamu yang ingin punya lebih banyak pilihan saham untuk acuan trading, Kamu Dapat melirik saham2 di IDX80 ini.
Tapi yang pertama harus Kamu kuasai dulu adalah saham2 di indeks LQ45-nya itu sendiri, karena LQ45 sampai saat ini tetap merupakan indeks yang paling populer dan mayoritas saham LQ45 adalah saham2 penggerak Bursa. Hal ini berbeda dengan saham2 IDX80, di mana ada banyak saham yang kapitalitasi pasarnya tidak terlalu besar.