Saham yang Naik Saat IHSG Turun

Setiap hari ketika pasar saham (IHSG) sedang berjalan, pasti ada saham-saham yang sedang naik. Harus saya akui, saham yang harganya naik / berpotensi naik akan lebih mudah Kamu temukan pada saat market lagi naik / bullish. 

Walaupun Kamu juga harus menggunakan strategi yang benar untuk menemukan saham naik, karena tidak semua saham bagus walaupun IHSG lagi bullish. Baca juga: Panduan Simpel & Efektif Menemukan Saham Bagus

Sebaliknya, pada saat IHSG sedang turun, lebih sulit untuk mencari saham yang naik. Tetapi "turun" yang saya maksud artikel ini bukanlah koreksi / turun biasa, melainkan koreksi tajam. Atau bahkan crash market. Seperti apa contoh IHSG yang koreksi tajam itu? Kamu Dapat lihat dibawah ini:

IHSG turun
IHSG yang turun tajam selama berhari-hari seperti diatas, pasti akan diikuti oleh penurunan mayoritas saham. Dalam kondisi seperti ini, saham2 yang biasanya gampang rebound setelah turun, saham2 LQ45, semuanya akan turun terus dan bahkan jebol dari titik2 supportnya. 

Tapi tetap saja, saat IHSG turun sebanyak apapun, ada saja saham-saham yang Dapat naik drastis. Sebanyak apapun IHSG turun, tetap ada saham2 yang Dapat 10% bahkan diatas itu. Saham2 apakah itu?

Jawabannya adalah: Saham-saham lapis tiga dan waran. Kalau Kamu belum tahu saham lapis tiga serta waran, Kamu Dapat baca disini: Kenali Saham Gorengan di Indonesia dan Memahami Waran: Definisi Waran dan Cara Trading Waran.


Diatas adalah saham-saham yang naik, yang saya ambil saat IHSG lagi turun hampir 1,5%. Saat IHSG turun sebanyak itu pun, ternyata ada juga saham2 yang Dapat naik diatas 10%. Anda Dapat lihat ada yang naik sampai 17%, 19%.

Tetapi apakah saham2 seperti ini layak untuk ditradingkan jangka pendek? Apakah saat IHSG turun drastis, sebaiknya kita incar saja saham2 ini, mengingat saham2 tersebut ternyata Dapat naik tinggi walaupun IHSG terpuruk?

Well, kalau saya harus jawab jujur: Jawabannya TIDAK. Kenapa? 

Anda yang sering2 berkunjung ke web Saham Gain, saya sudah sering menuliskan risiko beli saham gorengan. Contohnya Dapat Kamu lihat disini: Studi Kasus Saham SWAT. 

Saham gorengan seperti diatas memang Dapat naik tinggi saat IHSG drop. Tetapi likuiditas saham2 tersebut sangat buruk (spread-nya banyak yang renggang karena nggak likuid), harga sahamnya pun Dapat anjlok puluhan persen sewaktu-waktu dalam hitungan menit, dan banyak sekali bid-offer palsu yang merupakan "pancingan" bandar. 

Apalagi jika Kamu masih pemula, kalau Kamu melihat kondisi market yang lagi turun drastis dan Kamu belum pegang saham apapun (it means Kamu belum dapat profit), maka saran saya, jangan gampang percaya deh sama saran2 diluar yang mengatakan: 

"Kalau IHSG lagi bearish, waktunya main di saham gorengan sama waran, soalnya cuman itu yang naik waktu IHSG turun." Praktiknya tidak semudah itu. Jika Kamu masih pemula, jauh lebih baik Kamu tidak beli saham saat IHSG turun drastis, daripada Kamu nyemplung di saham gorengan dan akhirnya nyangkut. 

Untuk Kamu yang sudah bukan pemula, Kamu boleh saja trading di saham gorengan saat market lagi bearish, dengan catatan, Kamu memahami strategi tradingnya plus Kamu harus MEMBATASI RISIKO. 

Kalau saham Kamu mulai turun, Kamu harus segera cut loss.. Jangan biarkan portofolio Kamu diisi saham2 yang tidak bagus secara teknikal maupun fundamental.

Sebenarnya banyak trader yang ngotot mau trading, mau dapat untung saat IHSG bearish, karena mereka memiliki mindset: "Harus profit tiap hari, tiap saat". Padahal di dalam trading saham, Kamu tidak harus beli saham setiap hari. 

Bahkan seorang trader harian / intraday trader sekalipun, tidak saya anjurkan memaksakan trading kalau banyak saham yang lagi jelek, atau Kamu masih belum menemukan saham yang naik. Saya pernah bahas strategi2nya disini: Ebook Intraday & One Day Trading Saham. 

Trading saham itu ada strategi2 yang harus Kamu lakukan, terutama memilih saham dan mengambil momentum yang tepat. Itulah kenapa di saham itu ada keputusan WAIT AND SEE bukan cuma buy dan sell, karena tidak setiap saat Kamu harus trading. Tidak setiap saat Kamu harus beli saham. 

Jika Kamu melihat IHSG turun, saham2 pilihan Kamu juga belum menunjukkan rebound, maka tidak ada salahnya juga Kamu wait and see. Toh, jika Kamu punya cash yang besar, maka justru ini menjadi peluang Kamu untuk koleksi saham, jika market sudah naik.

Memang saat IHSG sedang turun2nya, biasanya ada 1-2 saham-saham likuid (bukan saham gorengan) yang Dapat naik. Sebagai contoh, saat crash market tahun 2015, waktu itu SRIL adalah saham yang harganya Dapat uptrend terus.

Bagi Kamu yang tetap ingin trading saat IHSG turun drastis atau bahkan saat crash market, maka tugas adalah mencari saham2 seperti yang saya sebutkan tadi. 

Tapi itu tidaklah mudah. Soalnya Kamu harus mencari 1-2 saham yang tetap naik drastis saat turun dari sekian banyak saham. 

Jika Kamu menemukannya, maka congratulations, Kamu tetap Dapat dapat return saat market turun. Namun jika Kamu tidak menemukan saham2 yang tetap naik saat IHSG turun drastis (atau naiknya cuma nol sekian persen saja), Kamu tidak perlu memaksakan trading. 

Jadi itulah ulasan dan analisa saya tentang: Saham yang naik saat IHSG turun, dan apakah sebaiknya saham2 tersebut ditradingkan atau tidak. Mengingat cukup banyak rekan2 yang bertanya, maka saya tuliskan di pos ini. 

Satu hal lagi, saat IHSG turun, pasti ada saat2 di mana IHSG naik lagi, dan otomatis saham2 yang bagus juga ikutan naik. 

So, pada saat IHSG turun, Kamu tetap Dapat watchlist saham, dan mempelajari strategi2 / pola2 trading. Sehingga ketika IHSG sudah rebound atau bahkan naik dan rally terus, Kamu sudah punya bekal pengetahuan analisa teknikal yang lebih baik. Disitulah peluang cuan Kamu.