Saham Naik, Kapan Take Profit?

Di beberapa pos sebelumnya, kita sudah membahas tentang 'saham turun' dan cara menyikapinya sebagai seorang trader / investor saham. Kamu Dapat pelajari kembali tulisan saya disini: Saham Turun Terus, Masih Layak Dibeli? Cara Menyikapi Saham yang Turun.

Pada pos kali ini, kita akan membahas tentang 'saham naik', karena banyak pertanyaan dari teman-teman trader yang bingung kapan harus take profit / menjual saham, setelah saham yang dibeli naik. 

Ketika saham yang Kamu beli naik, kapan sebaiknya take profit? Menjawab pertanyaan tersebut, tentu Kamu butuh analisa lebih mendalam. Ada beberapa faktor dan analisa yang harus Kamu pertimbangkan. 

Di dalam trading saham, kita tidak Dapat menentukan menggunakan aturan baku misalnya: "Anda disarankan take profit kalau saham Kamu sudah naik 5%". "Anda sebaiknya take profit saat saham Kamu naik minimal 10%". 

Saran-saran tersebut sering kita jumpai. Namun faktanya, menetapkan target profit yang terlalu baku tidaklah semudah itu, karena kita menghadapi fluktuatif dan dinamika pasar saham. 

Oleh karena itu, menentukan kapan Kamu take profit ketika saham Kamu naik, Kamu perlu menganalisa hal-hal berikut ini:  

1. Saat target profit Kamu sudah tersentuh 

Setelah membeli saham, Kamu harus memiliki target harga jual (anda ingin jual saham di harga berapa). Jadi ketika saham Kamu sudah naik mencapai target profit Kamu, saat itulah Kamu Dapat menjual saham Kamu. 

Bagaimana cara menentukan target take profit? Kamu harus menentukannya berdasarkan analisis teknikal (melihat titik support-resisten) atau menentukan berdasarkan bid-offer (jika Kamu trading harian). 

Pelajari juga analisis2 memilih saham dan untuk menentukan take profit disini: Cara Menentukan Target Take Profit dan Stop Loss Saham, dan Analisis Teknikal untuk Profit Maksimal. 

Saya selalu menyarankan agar trader selalu memilii target take profit, karena dengan memiliki target take profit, Kamu memiliki 'panduan' saham-saham Kamu sebaiknya dijual di harga berapa. 

Menentukan target Kamu mau jual saham di harga berapa adalah salah satu bagian dari TRADING PLAN SAHAM. 

2. Pertimbangkan kondisi pasar saham saat itu 

Untuk menentukan kapan Kamu take profit saat saham naik, Kamu juga perlu mempertimbangkan kondisi market saat itu. Mengapa? Hal ini karena banyak trader yang ingin dapat untung besar di saham, sehingga trader menetapkan jual saham saat sudah naik 10% lebih. Padahal kondisi market saat itu lagu bearish. Intinya: 

  • Pada saat pasar saham bullish, peluang Kamu menjual saham di harga tinggi lebih besar
  • Pada saat pasar saham cenderung bearish, peluang Kamu menjual saham di harga tinggi lebih kecil 

Saya tidak mengatakan kalau pasar bearish, Kamu sama sekali tidak Dapat menjual saham di harga tinggi. Namun berdasarkan yang saya alami sendiri, pasar saham yang cenderung bearish, membuat kita harus memasang target yang sedikit lebih rendah (tergantung seberapa kuat bearishnya market) dibandingkan saat market sedang bagus-bagusnya. 

Jadi kalau pasar saham sedang bullish, saham2 pada terbang ke utara (alias pada naik), Kamu Dapat pertimbangkan untuk take profit di harga yang lebih tinggi (diatas 5%). 

Sebaliknya kalau pasar saham sedang bearish, banyak sentimen2 negatif, IHSG naik 1-2 hari, namun Dapat turun 3-4 hari dengan penurunan tajam, maka ada baiknya Kamu memasang target take profit yang lebih rendah. Hal ini Dapat Kamu terapkan terutama kalau Kamu trading di saham2 likuid yang pergerakannya cenderung mengikuti arah IHSG. 

Saat pasar saham cenderung bearish, Kamu Dapat menentukan target profit 1-3% atau beberapa poin diatas harga beli Kamu (setelah dikurangi fee beli dan jual). 

Jadi di dalam kondisi market yang cenderung bearish, Kamu Dapat mempertimbangkan untuk menerapkan trading dengan jangka waktu lebih pendek atau trading harian, dengan target yang tidak terlalu tinggi. Pelajari juga: Teknik Beli Saham Pagi Jual Sore - Trading Harian. 

Karena jika Kamu menetapkan target terlalu tinggi di saat IHSG bearish, mayoritas saham hanya akan naik sedikit, lalu cenderung turun lebih banyak lagi. 

Sehingga, dengan menganalisa kondisi market, Kamu Dapat menjadi trader saham yang lebih FLEKSIBEL dalam menetapkan target profit. Yup, bahwa dalam trading saham, kita harus menganalisa faktor2 tersebut, tidak hanya menggunakan ukuran baku dalam menentukan profit. 

3. Tentukan resisten saham terdekat 

Kalau Kamu bingung bagaimana cara menentukan target profit, Kamu juga Dapat menentukannya dengan mencari titik-titik resisten saham yang paling dekat dengan harga saat ini (analisis chart / teknikal). 

Anda Dapat tentukan resisten kuat terdekat atau resisten terdekat yang krusial / yang menonjol. Pelajari juga: Menemukan Saham Naik dengan Variasi Support Resisten dan Cara Khusus Menentukan Support Resisten Saham. 

Titik resisten inilah yang Dapat Kamu jadikan acuan untuk menjual saham Kamu ketika naik mencapai target tersebut. 

4. Time frame trading Kamu 

Poin terakhir, Kamu harus mengetahui time frame trading prioritas Kamu sendiri. Kalau Kamu memang punya tujuan untuk menyimpan saham selama lebih dari 2 minggu (swing trading), Kamu Dapat menetapkan target profit yang lebih tinggi (diatas 5%). 

Namun kalau tujuan Kamu dari awal adalah untuk trading cepat / harian (intraday), ada baiknya Kamu menetapkan target profit yang tidak terlalu tinggi. Hal ini sudah pernah saya bahas disini: Frekuensi Trading Saham Ideal.

Untuk menentukan time frame trading, Kamu juga harus pertimbangkan kondisi market seperti yang saya jelaskan di poin kedua. 

Seperti biasanya, apa yang saya paparkan di pos ini adalah berdasarkan pengalaman pribadi saya juga dalam menjalankan trading. Jadi, tentu saja kita tidak Dapat memukul rata target take profit misalnya: Jual saham kalau sudah naik 5%, jual kalau sudah naik 10%. Analisa2 diatas harus menjadi faktor pertimbangan Kamu.