Investasi Saham Jangka Panjang, Pasti Untung?

Dalam dunia saham, kita pasti sering mendengar anjuran: "Jika ingin untung di saham, investasikan saham Kamu jangka panjang, jangan ditradingkan jangka pendek."

Tidak jarang saya melihat trader-trader jangka pendek yang setelah mengalami rugi atau nyangkut, banyak yang menyarankan agar trader lebih baik beralih menjadi investor saham.

Anjuran-anjuran tersebut didasarkan pendapat bahwa IHSGdalam jangka panjang selalu uptrend. Jadi mayoritas saham harganya juga akan naik dalam jangka panjang. Sedangkan jangka pendek pasti harga saham berfluktuatif, sehingga Dapat meningkatkan risiko kerugian yang lebih besar. Benarkah demikian? 

Harus saya akui bahwa investasi saham jangka panjang TIDAK MENJAMIN Kamu pasti untung. Jangan salah persepsi bahwa dengan menyimpan saham dalam waktu lama, maka saham Kamu nantinya pasti bakalan naik dalam jangka panjang. 

[Pelajari juga analisis fundamental untuk memilih saham2 yang layak investasi disini: Ebook Analisis Fundamental Saham Pemula - Expert].

Memang untuk meminimalkan risiko di saham, Kamu Dapat mengatasinya, salah satunya dengan memperpanjang time frame menyimpan saham. Menyimpan saham jangka panjang tentu akan lebih meminimalkan fluktuatif ketimbang Kamu trading jangka pendek.  

Jadi katakanlah Kamu membeli saham PTBA di harga 2.000. Lalu PTBA turun sampai 1.920. Kalau Kamu trading, Kamu mungkin akan mempertimbangkan cut loss di PTBA. Namun kalau Kamu investasi dan biarkan saja saham Kamu, PTBA mungkin harganya bakalan balik lagi diatas 2.000, sehingga Kamu untung. 

Namun harus Kamu ketahui bahwa tidak semua harga saham naik dalam jangka panjang. Tidak semua saham Dapat diterapkan dengan cara seperti itu. Saham2 yang Dapat naik dalam jangka panjang adalah saham2 yang memiliki KINERJA FUNDAMENTAL yang BAIK. 

Faktanya, perusahaan2 go public di Indonesia banyak yang kinerjanya jelek, sahamnya tidak likuid, labanya dan aset perusahaan sangat kecil. Sehingga saham2 seperti ini tentu tidak diminati oleh investor saham. 

Anda Dapat perhatikan beberapa grafik saham berikut selama jangka waktu 3 tahun: 

Saham BUMI
Saham NIKL


Saham TRAM
Selama jangka waktu panjang (saya ambil time frame 3 tahun), Kamu Dapat lihat bahwa saham2 tersebut justru mengalami tren turun yang tajam. 

Itu hanyalah beberapa contoh saham di Bursa Efek yang harganya turun dalam jangka panjang. Masih ada buanyak saham yang trennya tidak bagus untuk disimpan selama long term. 

Saat ini, kita juga tahu ada banyak saham IPO yang kinerjanya amburadul tapi Dapat listing di Bursa, dan pada akhirnya harganya tidak bergerak dalam jangka panjang. 

Jadi kalau Kamu investasi jangka panjang, tetapi memilih saham yang salah, tentu saja risiko kerugian Kamu akan lebih tinggi. 

Pos ini menuju pada suatu kesimpulan bahwa investasi jangka panjang sama sekali tidak menjamin Kamu pasti untung. Jangan mudah termakan 'doktrin': "Kalau mau untung, Kamu harus investasi bukan trading".

Baik investasi maupun trading Dapat memberikan keuntungan asalkan Kamu menganalisa dengan benar. Kamu butuh pengetahuan yang benar untuk memilih saham (analisa fundamental. Sebaliknya, trading dan investasi Dapat membuat Kamu rugi besar jika Kamu tidak memilih saham yang layak untuk dibeli. 

Jadi beli jual saham itu bukan hanya bicara soal time frame, tetapi Kamu harus Dapat menganalisa lebih dalam saham2 apa yang layak untuk dibeli.