Harga Saham Turun, Kapan Waktu Terbaik untuk Beli?

Pada saat harga saham naik, ada banyak trader yang berhasil mencetak profit spektakuler. Disitulah kemudian mulai terjadi euforia pasar, di mana trader2 yang senang mendapat profit besar, akan terus mulai mengincar saham2 yang sudah naik. 

Tetapi sesuai prinsip analisis teknikal, tidak ada harga saham yang naik terus tanpa turun, dan sebaliknya. Setelah harga saham naik, sangat mungkin sebagian besar harga saham mulai koreksi. 

Nah, bagaimana jika kemudian harga saham turun terus dan rebound hanya beberapa saat? Bagaimana jika sebagian besar saham blue chip turun tajam hanya dalam beberapa hari? 

Dalam kondisi market yang turun, maka keadaannya pasti nggak akan sama ketika market sedang bullish. Saat market turun tajam, Kamu akan sering mendengar anjuran-anjuran untuk membeli saham di harga bawah. 

Anjuran beli saham2 yang udah murah. Anjuran menggunakan strategi buy on weakness (BOW). Anjuran untuk beli di harga support psikologis, dan buanyaak anjuran2 lain.  

Faktanya teori2 seperti ini tidak mudah diterapkan, karena ketika market bearish dan harga saham sudah tampak murah, sangat mungkin harga saham turun lagi. Sebagai contoh, let say anda beli saham TLKM di 3.800, namun TLKM ternyata masih turun lagi sampai 3.700. Ini artinya, tetap aja Kamu masih beli saham di harga tinggi, bukan? Karena faktanya harga saham masih turun lagi lho. 

Jadi persoalan utamanya sebenarnya bukan beli saham di harga murah, buy on weakness, beli di support, tetapi pertanyaannya adalah: When we should buy?

Karena kita juga tidak tahu pasti apakah IHSG yang turun ini akan langsung naik atau malah turun lagi. 

Saya pribadi sudah berkali-kali mengalami IHSG turun drastis dengan cepat, termasuk menghadapi beberapa kali crash market, salah satunya tahun 2015. Sepengalaman saya, waktu terbaik untuk membeli saham adalah dua kondisi berikut: 

Pertama, ketika sentimen2 negatif yang  berpotensi menjatuhkan IHSG sudah habis atau setidaknya berkurang. 

Kedua, IHSG sudah terjerembab cukup dalam dan mulai sideways alias sudah susah untuk turun lagi. Jadi, kalau biasanya sehari IHSG anjloknya Dapat sampai -2%, -2,8% terus, maka ketika IHSG sudah mulai turun terbatas, atau bahkan naik sedikit, maka itu sudah merupakan waktu yang bagus untuk beli.  

Apa artinya? Artinya saat sentimen negatif sudah mulai hilang, dan IHSG sudah sulit untuk turun lebih dalam, itu menandakan bahwa 'amunisi' investor asing dan lokal untuk jualan udah habis. 

Nah, kalau saham sudah jenuh jual dan tidak banyak lagi berita2 jelek terkait IHSG, maka TIDAK ADA ALASAN UNTUK TIDAK MASUK KE PASAR SAHAM lagi. Hanya mungkin, kita tidak tahu pasti kapan IHSG akan benar-benar kembali rebound dengan meyakinkan 

Karena kalau Kamu ngarep IHSG langsung rebound kenceng, maka itu juga dibutuhkan waktu, dan dibutuhkan sentimen positif yang Dapat mengerek kembali IHSG. 

Tapi intinya disini, Kamu sebagai smart trader atau smart investor, Kamu harusnya Dapat curi start, sebelum IHSG mulai naik beneran dan trader2 lain baru masuk saat IHSG sudah naik kencang. Jadi, keuntungan yang Kamu dapatkan nantinya akan lebih besar.  

Saya kasih satu contoh. Akhir April 2016, IHSG sempat terkoreksi terus, karena memang IHSG sebelumnya sudah naik tinggi. Saat itu, IHSG sedang dilanda banyak sentimen negatif, seperti isu the FED, efek Brexit dan lain sebagainya. 

Lambat laun, saat IHSG sudah tidak banyak sentimen2 negatif, efek Brexit juga sudah hilang, IHSG sudah mulai sulit turun lagi, lalu kemudian munculah tax amnesty yang jadi sentimen positif IHSG, maka disitulah IHSG kemudian naik sangat kencang hanya dalam waktu 1-2 bulan saja. 

Walaupun penulis menilai saat itu IHSG naiknya terlalu tinggi dan terlalu euforia. Tapi faktanya kalau Kamu sudah Dapat curi start, Kamu pasti sudah dapat profit yang jauh lebih besar daripada trader yang baru masuk saat IHSG sudah naik beneran. 

Namun kalau ternyata IHSG masih turun, dan pasar saham masih banyak dilanda sentimen2 negatif ini itu, kemudian tiba2 besok IHSG rebound kencang, maka Dapat jadi itu hanyalah 'tipuan', karena faktanya IHSG besok2 hari bakalan turun lebih dalam lagi.

So kesimpulannya dua poin itu tadi yang Dapat menjelaskan pertanyaan:  When we should buy when the stock market still bearish? 


Jadi jawabannya bukan beli saat saham turun, saat saham murah, saat saham sudah di harga support because everybody knows that. Yang Kamu dan saya butuhkan adalah, kapan momentum terbaik untuk beli saat market masih turun. Dan di pos ini, saya sudah mengulasnya cukup panjang..

Anda yang teliti baca pos ini kemudian bertanya lagi: "Pak Heze, kalau kondisinya seperti itu apa berarti kita sudah Dapat beli saham yang banyak?" 

Kadang Kamu mungkin masih ragu untuk masuk pasar dengan modal besar, kecuali Kamu yang memang sudah trader / investor kawakan, yang memang udah incar saham2 blue chip yang murah. Kalau trader pemula, mungkin trader masih takut untuk masuk. 

Maka, dalam kondisi ini, ada beberapa tips yang Dapat Kamu gunakan untuk membeli saham saat market turun: 

1. Membeli saham secara bertahap / nggak full power 

Sekali lagi, kita tidak akan tahu persis kapan IHSG akan beneran naik, atau mungkin IHSG akan turun sedikit sebelum naik lagi (meskipun sentimen2 negatifnya udah pada hilang dan sudah jenuh jual), who knows?

Untuk membuat psikologis tenang, Kamu Dapat membeli saham secara bertahap alias tidak full modal / full power. Misalnya Kamu sudah incar saham BBRI dan Kamu sudah menyiapkan cash Rp100 juta. 

Kalau Kamu belum yakin betul, Kamu Dapat beli BBRI dengan modal Rp6 juta dulu. Jika BBRI turun sedikit, Kamu Dapat nyicil beli lagi. Kira-kira seperti itu gambaran membeli saham secara bertahap. Baca juga: Strategi Averaging Down Saham yang Benar. 

Strategi ini terbukti memberikan rasa aman di tengah kondisi market yang masih bearish. Di satu sisi, trader juga sudah senang karena Dapat mulai dapat saham2 bagus di harga murah. Hanya perlu tinggal tunggu waktunya panen.. 

2. Manfaatkan momentum pendek 

Dalam kondisi market yang masih turun, IHSG pasti tetap ada reboundnya walau hanya sesaat alias "rebound tipuan" (baca lagi paragraf2 sebelumnya). Disini Kamu Dapat memanfaatkan momentum pendek untuk membeli saham2 yang likuid yang cenderung agak volatil. Contohnya seperti ADRO, JPFA, ELSA dan lain2. 

Sebagai contoh, saat IHSG pernah ditutup turun -2,55%, saham ADRO yang sedang jeblok ke 1.600, ternyata ADRO naik sedikit sampai 1.660, walaupun akhirnya ditutup turun lagi ke 1.640. 

Anda yang Dapat memanfaatkan momentum beli ADRO di 1.605 dan jual di 1.650 misalnya, maka Kamu sudah Dapat mendapatkan profit walaupun IHSG saat itu lagi kepayahan.  

Namun kalau Kamu bukanlah tipe trader seperti ini, Kamu tidak perlu memaksakan momentum pendek tersebut. Yang perlu Kamu lakukan, Kamu Dapat mulai beli saham secara bertahap, nggak peduli IHSG mau rebound sehari-dua hari, Kamu tetap pada trading plan yang sudah dijalankan.  

Happy profit....