Belum lama ini, ada seorang trader bertanya ke saya melalui WA: "Saya punya modal Rp 50 juta dan saya ingin full time di saham. Berapa untung maksimum kira2 yang Dapat saya dapatkan pak?"
Sudah cukup banyak trader yang menginginkan menjadi full time trader (FTT), padahal trader masih belum punya banyak pengalaman trading. Sehingga, jika Kamu bertanya ke saya tentang keinginan menjadi FTT, Kamu harus bertanya pada diri Kamu sendiri: Apakah Kamu sendiri sudah siap?
"Tapi Pak Heze, gimana caranya kita Dapat tahu kalau kita sudah siap menjadi FTT atau belum?" Tanya Kamu yang semakin ngotot ingin jadi FTT.
Jika Kamu selama ini punya pertanyaan2 tentang menjadi FTT, ada beberapa poin yang harus Kamu perhatikan, supaya Kamu Dapat menimbang-nimbang keputusan menjadi FTT atau menjadi part time trader terlebih dahulu:
1. Jumlah modal untuk FTT
Saya sebenarnya tidak hanya sekali ini mendapat pertanyaan tentang trader yang ingin full time di saham. Rata2 trader yang ingin full time bondo modal Rp50 juta, Rp80 juta bahkan ada yang punya modal Rp25 juta sudah ingin menjadi FTT.
Nah, kalau Kamu mau jadi FTT besarnya modal menjadi salah satu faktor terpenting. Sekarang, katakanlah Kamu punya modal Rp50 juta. Asumsikan Kamu Dapat untung 5% sebulan. Berarti untung Kamu adalah Rp2,5 juta.
Pertanyaannya: Apakah untung Rp2,5 juta per bulan sudah Dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup Kamu plus ada sisa yang Dapat Kamu tabung.
Satu hal lagi, untung 5% sebulan itu sudah sangat besar. Kamu pemain saham yang berpengalaman, Kamu pasti mengetahui hal ini.
Kedua, dalam trading Kamu tidak mungkin Dapat mendapatkan untung dengan range yang konstan. Bulan ini mungkin Kamu untung Kamu 5% dari modal. Tapi bulan depan Dapat lebih besar. Bulan depan lagi Dapat jauh lebih sedikit.
Hal ini karena di pasar saham, harus Kamu ketahui juga bahwa ada saat2 di mana market tidak bersahabat untuk trader, market lagi bearish di masa2 tertentu.
Jadi untuk menjadi FTT, Kamu harus memiliki modal yang cukup. Seberapa besar modalnya? Saya pernah menuliskannya disini: Modal yang Dibutuhkan untuk Menjadi FTT.
Kalau Kamu baca pos tersebut, memang saya tidak Dapat menjawab jumlah duit minimal untuk jadi FTT, karena hanya Kamu yang mengetahui kebutuhan Kamu. Tapi kalau modal Kamu cuma Rp50 juta, atau bahkan hanya Rp25 juta, Kamu harus menimbang-nimbang lagi keputusan Kamu jadi FTT.
Karena jika kebutuhan hidup Kamu cukup tinggi, berarti Kamu punya tuntutan untuk bisa mencetak profit dengan persentase besar. Misalnya dengan modal Rp50 juta, biaya kebutuhan hidup Kamu dan keluarga adalah Rp5 juta, maka Kamu harus Dapat dapat profit 10% per bulan..
Tapi kalau modal Kamu katakanlah Rp500 juta, dan kebutuhan hidup Kamu dan keluarga Rp5 juta, maka Kamu 'hanya' perlu mencetak untung 1% per bulan.. Bahkan mungkin Kamu mungkin Dapat mencetak profit lebih besar dari 1% per bulan. Tentu 'tuntutan' Kamu akan lebih ringan, sehingga beban psikologis lebih kecil.
Selanjutnya, Kamu perlu baca poin kedua, karena poin kedua berkaitan dengan poin pertama...
2. Apakah Kamu sudah praktik trading dengan modal Kamu?
Kalau Kamu mau jadi FTT dengan modal katakanlah Rp50 juta, maka sebelum jadi FTT, Kamu harus uji dahulu berapa profit yang Dapat Kamu dapatkan dalam sebulan. Ujilah minimal selama dua tahun.
Profit yang Kamu dapatkan harus Dapat memenuhi kebutuhan hidup Kamu sehari-hari. Kalau ternyata setelah Kamu trading dengan modal Rp50 juta, keuntungan Kamu belum Dapat mencukupi kebutuhan Kamu sehari-hari, maka Dapat disimpulkan bahwa:
- Kamu harus menambah modal Kamu (artinya Rp50 masih kurang untuk jadi FTT)
- Kamu harus jadi part time trader dulu
- Tingkatkan skill trading Kamu terlebih dahulu
Dengan kata lain, sebelum jadi FTT, Kamu harus coba dulu trading dengan sejumlah modal yang Kamu rencanakan, untuk Kamu gunakan ketika Kamu menjadi FTT nantinya.
Saya sendiri nggak Dapat jawab kalau Kamu tanya: Berapa potensi keuntungan maksimal kalau jadi FTT dengan modal sekian?
Kan semua itu tergantung dari trading yang Kamu lakukan sendiri. Setiap dari Kamu punya skill yang berbeda-beda. Setiap Kamu juga punya pengalaman trading yang berbeda. Maka dari itu, sebelum jadi FTT, Kamu sendirilah yang harus ukur kemampuan Kamu, supaya Kamu Dapat menyimpulkan: Kamu siap jadi FTT sekarang atau tidak?
Sayangnya, banyak trader yang belum mencoba mempraktikan, tapi sudah keburu mau jadi FTT. Yang lebih parah, banyak yang nekad langsung mau jadi FTT padahal belum menguji kemampuan mendapatkan profit. Tentu hal ini akan sangat berisiko.
3. Risiko menjadi FTT
Menjadi FTT nggak hanya bicara soal modal. Kamu harus paham risiko jadi FTT. Jadi FTT berarti Kamu meninggalkan pekerjaan utama Kamu dan sumber penghasilan utama Kamu sekarang dari trading saham. Kamu harus Dapat jawab pertanyaan2 ini:
Siapkah jika di waktu2 tertentu Kamu tidak mendapat profit? Siapkah jika profit Kamu naik-turun? Siapkah Kamu melihat IHSG yang lagi jatuh, di satu sisi Kamu sudah meninggalkan pekerjaan utama Kamu?
Kalau Kamu belum siap... Jadilah part time trader sampai Kamu siap. Jadi selain Kamu punya modal, Kamu harus siap dengan risiko. Kamu harus siap mental. Dua hal ini harus berjalan berbarengan.
Kalau mental Kamu kuat, tapi tidak ada modal sama saja bohong. Sebaliknya, kalau Kamu punya modal jumbo tapi Kamu nggak siap mengelola, modal Kamu Dapat habis dalam waktu cepat.
Kesimpulannya, saya menyarankan pada Kamu (khususnya yang mau jadi FTT), mengingat banyaknya pertanyaan para trader yang bercita-cita punya profesi FTT, bahkan dengan modal yang sebenernya masih relatih kecil.... Jangan terburu menjadi FTT.
Meskipun kedengarannya jadi FTT itu enak.. Nggak perlu kerja kantoran. Nggak perlu dimarahi bos. Nggak perlu kena macet. Dapat kerja santai pakai kaos dan celana pendek. Nggak ada yang ngatur-ngatur. Tetapi...
FTT membutuhkan modal yang besar, praktik trading yang benar, dan mental yang kuat. Kalau salah satu dari itu belum Kamu kuasai, apalagi praktik trading Kamu masih kurang, maka jadilah part time trader dulu.
Jika ternyata Kamu tetap belum siap jadi FTT, jadi part time trader juga nggak buruk. Semua ada kelebihan dan kekurangannya sendiri. Tergantung bagaimana Kamu mengelolanya. Baca juga: Part Time Trader Vs Full Time Trader: Persiapan yang Dibutuhkan