Kalau Kamu suka nonton bola, kadang kita melihat permainan bola seolah terkesan membosankan karena tidak ada momen-momen spektakuler (gol) dalam 45-60 menit, dan kita hanya melihat para pemain seolah mengoper bola, kemudian mengembalikan bola ke daerah pertahanan sendiri.
Tapi sebenarnya semua itu adalah bagian dari mengatur strategi, yaitu mengatur strategi agar tim Dapat mencetak gol ke gawang lawan dan permainan bola itu juga berkaitan dengan bagaimana agar bola yang dikuasi tim (ball possession) tidak mudah direbut lawan.
Artinya, dalam permainan bola kesebelasan tim nggak Dapat grusa-grusu ingin langsung mencetak gol, ingin Dapat menciptakan momen-momen yang bagus, ingin Dapat melewati 3-4 pemain sekaligus, karena itu nggak mudah dan butuh pertimbangan serta strategi.
Tapi sebenarnya semua itu adalah bagian dari mengatur strategi, yaitu mengatur strategi agar tim Dapat mencetak gol ke gawang lawan dan permainan bola itu juga berkaitan dengan bagaimana agar bola yang dikuasi tim (ball possession) tidak mudah direbut lawan.
Artinya, dalam permainan bola kesebelasan tim nggak Dapat grusa-grusu ingin langsung mencetak gol, ingin Dapat menciptakan momen-momen yang bagus, ingin Dapat melewati 3-4 pemain sekaligus, karena itu nggak mudah dan butuh pertimbangan serta strategi.
Tim papan atas ketika dihadapkan dengan tim ecek-ecek atau tim yang peringkatnya paling bawah sekalipun, juga tidak Dapat asal-asalan nendang bola. Tetap ada strategi, tetap ada perhitungan. Tim tetap harus Dapat memanfaatkan momen yang bagus untuk mencetak gol.
Terus, apa hubungannya sama saham? Apakah berarti bisnis saham itu sama dengan main ?
Tidak, bukan itu maksud saya. Bisnis saham bukanlah mainan. Bisnis saham bukanlah judi. Ibarat permainan bola yang membutuhkan strategi, dalam trading saham Kamu juga butuh strategi yang bagus agar Kamu Dapat mencetak profit. Istilah tepatnya adalah: MOMENTUM.
Ya, dalam trading saham Kamu membutuhkan suatu momentum. Momentum itu contohnya seperti ini: Saat IHSG naik, Kamu nggak beli sahamnya, karena saham udah pada naik terlalu kencang. Biarpun trader lain bilang:
"Kok you nggak beli saham sih? Itu udah pada naik, ketinggalan kereta ntar."
"Kalau nggak beli saham, kapan profitnya?"
Namun karena trading saham itu adalah strategi, Kamu tetap berpegang pada prinsip momentum Kamu. Ketika harga saham mulai turun, turun dan turun terus. Ketika banyak trader mulai nyangkut karena beli saham di harga atas, itulah kesempatan Kamu membeli alias serok saham yang banyak di harga low, di harga supportnya.
Dengan menerapkan strategi, Kamu Dapat mendapatkan profit lebih besar, lebih konsisten dibandingkan dengan trader yang tidak menerapkan strategi yang pas. (Terkait menerapkan momentum ini, nanti akan saya tulis di pos tersendiri).
Artinya dalam trading Kamu harus mau menunggu (wait and see). Menunggu momentum yang tepat untuk membeli saham. Menunggu momentum IHSG koreksi. Tidak terburu masuk saat IHSG sudah naik tinggi. Baca juga: Membeli Saham yang Sudah Tinggi.
Banyak trader yang masih sering panik kalau IHSG turun, grusa-grusu ingin beli saham yang harganya udah naik, tidak sabar menunggu harga saham turun. Hal ini menyebabkan trader akhirnya sulit mendapatkan profit maksimal.
Anda tidak harus terus membeli saham. Ada saatnya Kamu tidak perlu trading, ada saatnya Kamu menungu saat yang pas untuk mengincar saham2 diskon. Trading bukan hanya sekedar buy dan sell. Kamu perlu wait and see, Kamu perlu psikologis trading yang baik.
Semua itu adalah bagian dari mengatur strategi trading. Dengan kata lain, seorang trader saham sesungguhnya harus memiliki intellegence dalam trading, inilah yang membedakan antara trader yang Dapat mencetak profit dan tidak, dan untuk mencapai hal tersebut, Kamu perlu terus mengasah kemampuan Kamu untuk membaca pergerakan market. Baca juga: Menjadi Trader Saham Sukses.
Ya, dalam trading saham Kamu membutuhkan suatu momentum. Momentum itu contohnya seperti ini: Saat IHSG naik, Kamu nggak beli sahamnya, karena saham udah pada naik terlalu kencang. Biarpun trader lain bilang:
"Kok you nggak beli saham sih? Itu udah pada naik, ketinggalan kereta ntar."
"Kalau nggak beli saham, kapan profitnya?"
Namun karena trading saham itu adalah strategi, Kamu tetap berpegang pada prinsip momentum Kamu. Ketika harga saham mulai turun, turun dan turun terus. Ketika banyak trader mulai nyangkut karena beli saham di harga atas, itulah kesempatan Kamu membeli alias serok saham yang banyak di harga low, di harga supportnya.
Dengan menerapkan strategi, Kamu Dapat mendapatkan profit lebih besar, lebih konsisten dibandingkan dengan trader yang tidak menerapkan strategi yang pas. (Terkait menerapkan momentum ini, nanti akan saya tulis di pos tersendiri).
Artinya dalam trading Kamu harus mau menunggu (wait and see). Menunggu momentum yang tepat untuk membeli saham. Menunggu momentum IHSG koreksi. Tidak terburu masuk saat IHSG sudah naik tinggi. Baca juga: Membeli Saham yang Sudah Tinggi.
Banyak trader yang masih sering panik kalau IHSG turun, grusa-grusu ingin beli saham yang harganya udah naik, tidak sabar menunggu harga saham turun. Hal ini menyebabkan trader akhirnya sulit mendapatkan profit maksimal.
Anda tidak harus terus membeli saham. Ada saatnya Kamu tidak perlu trading, ada saatnya Kamu menungu saat yang pas untuk mengincar saham2 diskon. Trading bukan hanya sekedar buy dan sell. Kamu perlu wait and see, Kamu perlu psikologis trading yang baik.
Semua itu adalah bagian dari mengatur strategi trading. Dengan kata lain, seorang trader saham sesungguhnya harus memiliki intellegence dalam trading, inilah yang membedakan antara trader yang Dapat mencetak profit dan tidak, dan untuk mencapai hal tersebut, Kamu perlu terus mengasah kemampuan Kamu untuk membaca pergerakan market. Baca juga: Menjadi Trader Saham Sukses.