Belajar Saham: Beli Saham Berdasarkan IHSG

Kalau Kamu ingin trading saham, Kamu mungkin sering mendengar anjuran seperti ini: "Trading saham itu nggak perlu lihat IHSG. Yang perlu dilihat adalah analisa teknikalnya. Kalau IHSG turun, tapi analisa teknikal saham mendukung, itulah saham yang bagus untuk dibeli".

Saya setuju dengan pendapat tersebut (banyak juga trader yang mengatakan hal tersebut). Logikanya, kalau Kamu ingin membeli saham PGAS misalnya, maka ya Kamu harus analisa saham PGAS (chart / analisa teknikal), bukan menganalisa IHSG. IHSG kan gabungan pergerakan semua saham di Bursa Efek, bukan hanya saham PGAS saja. 

Saya pribadi juga sering menemukan saham2 yang Dapat naik saat IHSG turun, demikian juga dengan rekan-rekan trader lainnya. 

Tapi tentu saja anggapan "trading tidak perlu lihat IHSG" itu tidak selamanya benar. Karena berdasarkan pengalaman saya pribadi, menganalisa pergerakan IHSG itu sangat perlu, terutama kalau Kamu mengincar saham-saham yang pergerakannya cenderung mengikuti IHSG. 

Saham-saham apakah itu? Jawabannya adalah saham2 blue chip, saham2 LQ45 dan saham2 indeks IDX80. Yup, saham2 tersebut naik-turunnya cenderung searah dengan IHSG. Dan saham2 yang pergerakannya searah dengan IHSG, umumnya adalah saham2 yang likuid. 

Artinya, kalau IHSG sedang naik, saham2 tersebut akan cenderung naik juga. Sebaliknya, kalau IHSG turun sangat banyak, saham2 tersebut juga berpotensi jatuh. 

IHSG

Saham ASII

Contoh saham ASII yang chartnya kurang lebih sama dengan pergerakan IHSG. Jadi kalau memang prioritas Kamu adalah mengincar saham2 likuid, banyak ditradingkan, maka Kamu perlu menganalisa juga pergerakan IHSG. 

Ada banyak penyebab naik turunnya IHSG. Kalau Kamu mempelajari pergerakan IHSG, berarti Kamu harus mempelajari sentimen2 apa saja yang saat itu berada di pasar saham, yang Dapat mempengaruhi pergerakan mayoritas harga saham. Baca juga: 2 Penyebab Turunnya IHSG. 

Kalau saat itu banyak sentimen negatif, IHSG cenderung downtrend, pasar saham sehari naik, turunnya Dapat sampai 3-4 hari, maka Dapat pertimbangkan untuk wait and see atau membeli saham lebih sedikit (kalau memang Kamu mengincar saham2 yang cenderung searah dengan IHSG). 

Karena kalau IHSG sedang merah padam, dan Kamu memaksakan beli saham banyak dengan asumsi saham-saham sudah murah, kemungkinan besar saham yang Kamu beli akan turun lagi. 

Disini: Analisis Teknikal untuk Profit Maksimal, saya juga sudah menjelaskan momentum2 terbaik untuk trading berdasarkan analisis teknikal dan IHSG / analisa market. Kamu Dapat pelajari dan terapkan. 

Itulah kenapa di web Saham Gain ini, terutama di halaman: Rekomendasi Saham, saya sering memberikan saran pada Kamu untuk selalu mencermati kondisi market (IHSG) termasuk indeks luar negeri terutama Dow Jones ketika Kamu ingin trading. 

"Oke, lalu sampai sebatas mana IHSG turun kita tetap boleh trading Pak Heze?" Tanya Kamu 

Nah ini pertanyaan bagus. Kamu Dapat tetap pertimbangkan trading kalau IHSG hanya koreksi normal, dalam arti sedang tidak banyak sentimen negatif yang membuat IHSG lesu (turun terus) dan transaksi saham jadi sepi. 

Untuk mengetahui hal ini, Kamu harus sering mengamati market, dan pelajari chart / teknikal IHSG itu sendiri. Dengan cara tersebut, Kamu akan mengetahui kondisi-kondisi IHSG yang turun karena koreksi dan IHSG turun karena sentimen2 jelek yang menyebabkan transaksi di pasar saham jadi cenderung sepi. 

Selain itu, tentu saja Kamu juga harus perhatikan analisa teknikal saham-saham pilihan Kamu secara spesifik, dan manfaatkan technical rebound. Kamu Dapat pelajari disini: Technical Rebound Saham. 

Tidak selamanya IHSG bagus untuk menjadi patokan dan analisa sebelum trading. Kalau Kamu adalah tipikal trader yang suka membeli saham yang pergerakannya cenderung berlawanan dengan arah IHSG... 

Contohnya seperti saham-saham gorengan / saham lapis tiga, maka Kamu sama sekali tidak perlu memperhatikan IHSG.. Mau IHSG naik atau turun, tetap ada saham-saham gorengan yang Dapat naik puluhan persen. Tapi ingatlah juga bahwa saham2 gorengan risikonya besar (high risk). 

Kesimpulannya, di dalam trading Kamu harus tetap perhatikan dan pelajari kondisi pasar saham / IHSG (terutama untuk Kamu yang membeli saham yang punya korelasi positif dengan IHSG). Pergerakan lesu tidaknya IHSG juga menentukan reaksi market untuk membeli saham.