Para aktivis lingkungan yang bergerak di konservasi ular memberikan edukasi soal ular. Ular tidak perlu dibunuh, namun cukup diusir atau dikembalikan ke alam habitatnya. Jika ada yang tergigit ular, juga ada cara penanganannya supaya korban tidak fatal.
"Kami memberi edukasi kepada masyarakat supaya bisa memperlakukan ular dengan cara tidak membunuh," kata Ketua Yayasan Sioux Indonesia Aji Rachmat, saat ditemui di acara perekrutan relawan ular di Sleman, Minggu (26/5).
Masyarakat harus mengenali ular karena berbagai alasan. Makhluk itu binatang liar berbahaya yang habitanya dekat dengan kehidupan manusia. Sebagai bukti, ular masih sering diumpai di rumah, halaman, kebun, sawah, rawa, saluran air dan lain-lain.
Di sisi lain, ular berperan penting bagi hidup manusia. Hewan itu merupakan predator alami tikus, makanan burung. Keberadaan ular dapat membantu mengurangi populasi hama tikus. Sedangkan burung karnivora jumlahnya semakin menipis karena pakannya juga berkurang karena ulah manusia.
Selain itu, masih banyak misteri tentang ular yang juga bisa dimanfaatkan untuk obat. Juga bentuk yang unik, indah dan banyak ragamnya bisa menjadi sahabat manusia atau dijadikan hobi pemeliharaan ular.
Ia menambahkan, di Indonesia ada 400-an jenis ular. Hanya 30 di antaranya yang berbisa. Jadi, tidak semua ular berbisa dan berbahaya.
Ada 3 jenis ular di Indonesia yang dilindungi oleh undang-undang. Yaitu phyton molurus, phyton timorensis dan chandra phyton viridis. Molurus terdapat di pulau-pulau besar. Timorensis hanya ada di pulau Timor dan Flores. Sedangkan viridis hanya terdapat di Papua.
"Di Daerah Istimewa Yogyakarta setelah ada perekrutan muscle sioux, istilah relawan ular ada 30 an, kalu seluruh Indonesia ada 200 an," kata dia.
Para relawan ular dididik bukan menjadi pecinta ular (hobiis). Para aktivis itu justru menjadi penyelamat manusia dari bahaya ular dan konservasi hewan itu.
Para aktivis ular itu bukanlah pawang ular yang biasanya banyak disebut oleh masyarakat. Pawang ular menjinakkan ular dengan mantera-mantera. "Kami mengenali karakter ular," kata Owien, salah satu instruktur ular.
Yayasan yang bergerak di bidang ular ini menekankan ular cenderung menggigit jika sakit, bunting, musim kawin dan terusik. Ular akan takut pada hewan berkuku tajam, bau minyak tanah/bensin dan panas berlebihan. "Ular tidak takut pada garam," kata dia.
Masyarakat banyak yang beranggapan jika di rumahnya atau halaman ada ular lalu dikasih garam. Padahal ular itu tidak takut pada garam.
Yang perlu diwaspadai terhadap ular, jika manusia berjalan di jalanan tanpa penerangan, saat bulan purnama karena musim kawin, pinggir sungai, hutan dengan posisi matahari di belakang kita. Selain itu juga di daerah berkapur, gua, pohon-pohon rimbun dan lain-lain.
Ular berbisa antara lain kobra, king kobra, hamadryat, ular anang, ular tedong selor dan lain lain. Ada yang berbisa tinggi, rendah maupun sedang.
Jika tergigit ular, korban disarankan tidak panik, mengamankan posisi korban dan penolong dari ular, dilakukan pembalutan elastis di atas luka untuk menghentikan laju bisa ke jantung. Selain itu korban tidak boleh banyak bergerak. Sebaiknya korban tergigit ular dibawa ke dokter.
Sumber: Yahoo