Cara Mengatasi Panic Selling dalam Trading

Pola pergerakan IHSG kita terkadang tidak Dapat kita prediksi. Ada kalanya sebagaian besar harga saham tiba-tiba turun seketika dengan cepat. Penurunan IHSG secara cepat ini sangat mungkin dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu yang Dapat mempengaruhi penurunan IHSG dengan cepat adalah faktor sentimen eksternal. 

Seperti yang terjadi baru-baru ini, ketika Turki mengalami krisis keuangan, maka dampak yang dirasakan ternyata juga sampai ke pasar saham Indonesia. Kemudian ketika terjadi perang dagang, maka hal ini Dapat menyebabkan IHSG turun secara drastis, sehingga dalam kondisi ini Dapat terjadi PANIC SELLING. 

Kalau Kamu belum tahu apa itu panic selling, Kamu Dapat baca lagi tulisan saya disini: Mengapa Pasar Saham Sering Panic Selling? Sekarang perhatikan pergerakan IHSG dibawah ini:  



Perhatikan yang saya beri tanda lingkaran merah. Saat itu sedang terjadi guncangan krisis finansial di Turki, di mana mata uang Turki yaitu Lira juga terus melemah terhadap USD. Semakin drop IHSG, maka kondisi ini semakin menimbulkan panic selling alias jual besar-besaran. 

Dalam kondisi ini ada beberapa kemungkinan posisi yang Kamu rasakan: Kamu sedang pegang saham dalam jumlah besar, nggak pegang saham sama sekali, atau pegang saham tapi cuman dikit. 

Kalau Kamu belum pegang saham alias masih full cash, itu justru peluang bagi Kamu. Masalahnya, karena kondisi panic selling Dapat saja terjadi secara cepat dan mungkin kita semua Dapat jadi telat mengantisipasi (apalagi Kamu yang sudah pegang saham sebelumnya), maka tidak sedikit trader akhirnya ikutan stres, panik dan akhirnya menyerah cut loss. 

Saat terjadi panic selling dan harga saham turun terus, penulis pribadi juga sering mendapatkan pertanyaan dari trader: 

"Sahamnya sekarang turun terus. Apa sebaiknya cut loss saja?"
"Pak Heze, sepertinya sekarang saham2 akan turun terus. Enaknya cut loss di harga berapa?" 

Saya sudah menuliskan bahwa jika Kamu ikut panic selling dan terbawa arus fear, maka itu adalah cara trading yang salah. Namun demikian, memang tidak mudah ketika Kamu harus melihat saham2 yang Kamu pegang turun sampai 100 poin, 200 poin dalam waktu singkat. Terutama trader pemula yang belum terbiasa melihat kondisi ini, akan jauh lebih mudah untuk panic selling. Ditambah dengan opini2 "para analis saham" dadakan yang mengatakan IHSG akan jauh lebih dalam, krisis terulang dan lain sebagainya. 

Jadi di pos ini saya akan memberikan beberapa tips pada Kamu, agar Kamu Dapat mengatasi rasa panic selling ketika saham2 Kamu sedang anjlok: 

1. Pilihlah saham2 blue chip 

Dalam trading saham, selalu masukkan saham2 yang bagus di portofolio Kamu. Pilih saham2 blue chip. Jangan memasukkan modal Kamu semuanya di saham2 gorengan atau saham2 yang tidak likuid. 

Kenapa demikian? Karena saham2 blue chip lah yang paling cepat berbalik naik setelah kondisi panic selling itu reda. Tidak percaya? Baca tulisan saya disini: Beli Saham Cepat Profit? Belilah Blue Chip.  

Jadi kalau Kamu sudah pegang saham blue chip dan tiba2 besok terjadi panic selling, maka Kamu tidak perlu terlalu khawatir / ikutan panic selling. Nah, beda cerita kalau semua saham2 Kamu isinya saham2 tidak likuid, hal ini akan lebih mengganggu psikologis Kamu.

Saat saham blue chip turun, Kamu Dapat membeli lagi. Dan pada saat rebound, Kamu sudah Dapat menjual profit saham2 blue chip. Hal ini sudah saya buktikan berkali-kali. Dengan memiliki portofolio yang bagus, Kamu tidak perlu khawatir jika harga saham Kamu turun saat terjadi panic selling.   

2. Ingat prinsip trading: Trader pasti mengincar saham murah 

Ingatlah bahwa trader selalu mengincar saham-saham yang sedang diskon. Jadi semakin turun saham, disitulah peluang emas yang sebenarnya. Nah, kalau ada saham bagus yang terdiskon, sudah pasti trader akan membeli kembali saham tersebut ketika turun tajam, sehingga harganya akan berbalik naik dengan cepat. 

Ibarat di supermarket ada harga diskon untuk barang2 kebutuhan pokok (yang selalu dicari orang). Maka para pembeli pasti akan membeli barang2 tersebut dalam jumlah yang lebih besar.  

Bagaimana cara membedakan saham yang sudah murah / diskon? Kamu Dapat mendapatkan materi mencari saham diskon disini: Buku Saham. Di praktik ebook tersebut saya 

So, kalau Kamu camkan prinsip kedua ini, Kamu tidak perlu ikutan panic selling saat saham Kamu turun. Namun seperti yang saya katakan, agar Kamu Dapat lebih tenang dalam trading, Kamu harus selalu menyimpan saham2 blue chip dan saham LQ45 dalam porfotolio Kamu. 

3. Panic Selling hanya terjadi sebentar 

Panic selling pada umumnya terjadi hanya dalam jangka pendek sebagai respon pelaku pasar terhadap berita yang sebenarnya dampaknya tidak secara langsung ke ekonomi Indonesia, atau sifatnya hanyalah sementara. 

Ingat saat terjadi Brexit tahun 2016? Kala itu Brexit sempat menjatuhkan IHSG 1,30% hanya dalam 1 sesi perdagangan saham. Tetapi keesokan harinya IHSG berhasil rebound dengan cepat. 

Artinya, kalau panic selling cuma terjadi sebentar Kamu tidak perlu ikutan panic selling. Dalam trading, Kamu juga saya sarankan untuk tidak menggunakan seluruh modal Kamu untuk membeli saham, sehingga Kamu Dapat membeli lagi saham2 bagus yang sudah berada di harga bottom. Dengan demikian, panic selling ini justru menjadi momen yang bagus untuk Kamu. 

Itulah 3 cara yang Dapat Kamu terapkan agar Kamu dapat mengatasi atau setidaknya meminimalkan panic selling ketika IHSG turun tajam. 

Seumpama nanti terjadi panic selling, pelajari grafiknya. Berapa lama sih panic selling itu terjadi? Dengan demikian, Kamu Dapat mengambil keputusan2 yang tepat dan tidak ikut terbawa arus trading yang salah.