Bagi beberapa orang cinta itu buta, tapi jangan sampai menimbulkan penyesalan nantinya. Walau sudah saling mencintai dan mengerti satu sama lain, pasangan yang tengah dilanda asmara yang berniat menikah sebaiknya melakukan pemeriksaan terlebih dahulu.
Kondisi kesehatan perlu diperiksa untuk mengetahui adanya gangguan yang mengancam keturunan atau pasangan yang dicintai. Masalahnya, ada beberapa penyakit yang bisa ditularkan dari hubungan suami istri, namun si pengidap tak menyadari dan menularkan ke pasangannya.
Tak hanya itu, ada beberapa penyakit genetik yang tersembunyi dan baru menimbulkan petaka bagi keturunan pasangan. Misalnya penyakit thalasemia dan perbedaan rhesus darah. Ada juga infeksi mikroba yang tak terlihat dari permukaan namun berbahaya bagi janin di dalam rahim.
Itulah sebabnya mengapa pria ataupun wanita yang hendak melangsungkan sebaiknya melakukan pre marital check up atau pemeriksaan kesehatan sebelum menikah. Secara garis besar, jenis pemeriksaan untuk pria maupun wanita sama, hanya saja wanita mendapat beberapa tambahan.
"Pada wanita pemeriksaannya lebih banyak karena untuk mengetahui adanya kemungkinan infeksi yang bisa berbahaya bagi janin. Pemeriksaan ini disebut pemeriksaan TORCH," kata Astri Setiyawati dari Laboratorium Klinik Prodia kepada detikHealth seperti ditulis Rabu, (16/1/2013).
TORCH adalah singkatan dari Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes, yaitu gangguan kehamilan yang disebabkan virus dan bisa membahayakan janin. Seorang wanita bisa terinfeksi virus ini lewat berbagai macam hal seperti memelihara kucing atau anjing, sering makan sayuran mentah atau steak tidak matang dan pernah melakukan kontak dengan penderita.
Pemeriksaan TORCH sendiri terdiri atas 4 macam pemeriksaan, yaitu:
1. Anti Rubella
Infeksi Rubella pada ibu hamil dapat menyebabkan kelainan pada janin. Jika infeksi terjadi pada bulan pertama kehamilan, maka risiko terjadinya kelainan adalah 50 persen. Jika infeksi terjadi trimester pertama maka risikonya menjadi 25 persen
Pemeriksaan Anti-rubella IgG dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kekebalan tubuh sebelum hamil. Jika ternyata belum punya kekebalan, dianjurkan untuk divaksinasi.
2. Anti Toxoplasma
Penyakit toxoplasma disebabkan oleh infeksi parasit Toxoplasma gondi. Gejalanya mirip gejala influenza, timbul rasa lelah, demam dan umumnya tidak menimbulkan masalah. Wanita hamil yang terinfeksi Toxoplasma bisa menyebabkan keguguran, lahir mati atau bayi menderita Toxoplasmosis bawaan.
Pada Toxoplasmosis bawaan, gejalanya dapat muncul setelah dewasa berupa kelainan mata dan telinga, retardasi mental, kejang-kejang dan ensefalitis atau radang otak. Untuk mengetahui keberadaan parasit ini, diperlukan pemeriksaan laboratorium Anti Toxoplasma IgG.
3. Anti CMV
Penyakit CMV disebabkan oleh virus Cytomegalo yang serumpun dengan virus Herpes. Virus ini dapat tinggal tanpa menunjukkan gejala di dalam tubuh.
Jika ibu hamil terinfeksi, janin yang dikandung berisiko tertular sehingga mengalami gangguan seperti pembesaran hati, sakit kuning, pengapuran otak, tuli, retardasi mental dan lain-lain. Untuk mendeteksi adanya virus ini, perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium Anti CMV
4. Anti HSV
Infeksi herpes pada kelamin disebabkan oleh Virus Herpes Simpleks tipe II (HSV II). Virus ini menyebar melalui percikan air ludah atau melalui kontak seksual. Sekitar 80 persen infeksi ini masuk ke dalam tubuh bayi lewat mata, kulit, mulut dan saluran pernapasan bayi saat persalinan.
Sekitar 50 persen virus HSV akan menyebar ke seluruh tubuh, sehingga menyerang hati, kelenjar adrenal dan organ tubuh lain. Biasanya terjadi saat bayi berusia 9 -11 hari. Angka kematian pada bayi yang terinfeksi adalah 80 persen apabila tidak diobati.
Sumber: Detik