Setelah Kamu membeli saham, tentu Kamu harus melakukan take profit atau realisasi untung. Hanya memang setiap trader memiliki target dan time frame yang berbeda-beda. Inilah yang menyebabkan target take profit setiap trader tidak sama, meskipun mungkin Kamu trading di saham yang sama.
Menetapkan take profit juga erat kaitannya dengan permainan psikologis. Pergerakan harga saham yang cepat seringkali membuat trader goyah dengan target yang sudah dibuat sebelumnya.
Katakanlah Kamu membeli saham di harga 900. Kamu kemudian mau menetapkan jual di harga 1.000. Kamu memprediksi harga 1.000 akan tercapai dalam 3-4 hari. Tapi baru saja market dibuka 40 menit, saham Kamu sudah menyentuh best bid 1.000.
Anda mulai berpikir: "Hmmm. Lebih baik saya jual di 1.050. Masih Dapat naik lagi nih"
Kalau sudah sampai 1.050?
"Kayaknya saya hold dulu deh sampai nguji 1.100. Tekanan belinya masih tinggi"
Nah, sekarang sudah naik ke 1.100. Nggak dijual sahamnya?
"Tunggu dulu ke 1.200 deh. Marketnya ijo royo-royo"
Ternyata setelah naik 3 hari, harga saham cuma Dapat bertahan naik sampai 1.105. Setelah itu saham turun perlahan. Trader mulai berpikir:
"Harganya sekarang balik lagi ke 1.000. Tunggu dulu, cuma fluktuatif sesaat nanti pasti naik lagi kok".
Harga saham malah turun lagi sampai ke harga beli trader di 900. Trader mulai panik, dan akhirnya terpaksa menjual BEP karena melihat kondisi market yang tiba2 berubah jadi bearish.
Di pasar saham, banyak sekali tipe trader seperti ini: Plin-plan menetapkan target take profit. Mungkin saat Kamu mengubah target jadi lebih tinggi, ada kalanya untung Kamu jadi lebih banyak, karena prediksi Kamu sesuai.
Tapi seberapa banyak / seberapa sering Kamu Dapat melakukannya? Tentu saja menaikkan target profit ini bukanlah cara trading yang benar. Hal ini menujukkan kalau emosi Kamu sedang tidak stabil, Kamu sedang berada dalam FASE GREED (serakah).
Jadi, kalau Kamu sudah menetapkan target take profit, Kamu HARUS MELAKUKANNYA. Kalau Kamu menetapkan jual di 1.000, maka saat harga saham naik ke 1.000, Kamu harus menjual. Jangan berharap terus harga akan naik.
Mengapa demikian? Saya pernah membahasnya disini: Mengatasi Rasa Menyesal Saat Take Profit Saham
Terkait menetapkan take profit, Kamu boleh-boleh saja mengubah target jual saham, tapi dengan catatan kalau pada saat itu Kamu melihat kondisi pasar saham sedang jelek, dan menurut pengamatan Kamu, saham Kamu berpotensi tidak naik tidak sesuai harapan.
Artinya, Kamu disarankan untuk mengubah target take profit ke harga yang lebih rendah (dengan pertimbangan2 tadi). Dan dan tidak disarankan merubah target take profit ke harga yang lebih tinggi.
"Apakah itu berarti Pak Heze menyuruh trader untuk profit sedikit saja?" Protes Kamu
Tidak. Seperti saya katakan tadi, Kamu yang berupaya untuk terus menaikkan target jual, menunjukkan bahwa Kamu sedang greed. Jika Kamu terbiasa untuk melakukan hal ini terus, hal ini akan membahayakan trading Kamu, karena Kamu sebenarnya tidak pernah Dapat memastikan harga saham akan bergerak ke arah mana.
Kalau tebakan Kamu salah karena Kamu ngarep terus, bisa-bisa Kamu rugi. Tapi kalau dengan pertimbangan tertentu Kamu menurunkan target take profit, itu artinya Kamu sudah memiliki langkah antisipasi untuk menjaga agar modal Kamu tetap aman.
Katakanlah Kamu beli saham di 500. Kamu mau take profit di 600. Dalam perjalanan, harga saham naik ke 530 tapi geraknya lemot banget. Anda melihat saham ini nggak likuid, market sedang nggak bersahabat, maka Kamu memutuskan untuk jual di 530.
Jadi Kamu tetap untung walaupun untungnya nggak sebesar yang Kamu tetapkan tadi. Namun sisi positifnya, modal Kamu akan tetap aman dari penurunan harga saham lanjutan. Dan tentunya semua itu sudah didasari pertimbangan dan analisis.
Sedikit bocoran, saya sendiri trading tidak terlalu mematok pada time frame harus membeli dan menjual saham untuk jangka waktu berapa lama, kecuali untuk saham2 tertentu. Jika target take profit yang saya tetapkan sudah tersentuh walaupun hanya dalam satu hari, saya akan langsung take profit.
Intinya, saya stay pada trading plan yang sudah saya buat, sehingga saya lebih disiplin dalam trading. How about you?