Beberapa waktu lalu, salah satu Perusahaan Manajer Investasi dan Bank terkemuka yaitu Credit Suisse memberikan penilaian alias rating terhadap saham2 di Indonesia, di mana Credit Suisse ini menurunkan (underweight) rekomendasi rating pasar saham Indonesia menjadi 10%. Padahal sebelumnya Credit Suisse justru menambah bobot (overweight) rekomendasi sebesar 20%.
Pertimbangannya adalah, Indeks MSCI Indonesia sudah mengalami kenaikan sebanyak 34% dibandingkan MSCI Emerging Market, sehingga Credit Suisse menilai bahwa saham2 di Indonesia ini sudah overweight, dan saatnya menjual saham2 Indonesia.
Pertimbangan2 lainnya adalah penguatan Rupiah yang sudah signifikan, dan saham2 Indonesia valuasinya sudah premium alias mahal.
Kabar lainnya datang dari JP Morgan yang justru memberikan rekomendasi overweight yaitu menaikkan rating rekomendasi untuk saham2 Indonesia. Meskipun demikian, berita penurunan rating saham Indonesia oleh Credit Suisse ini tidak butuh waktu lama untuk membuat IHSG koreksi selama 5 hari berturut-turut.
Pertimbangannya adalah, Indeks MSCI Indonesia sudah mengalami kenaikan sebanyak 34% dibandingkan MSCI Emerging Market, sehingga Credit Suisse menilai bahwa saham2 di Indonesia ini sudah overweight, dan saatnya menjual saham2 Indonesia.
Pertimbangan2 lainnya adalah penguatan Rupiah yang sudah signifikan, dan saham2 Indonesia valuasinya sudah premium alias mahal.
Kabar lainnya datang dari JP Morgan yang justru memberikan rekomendasi overweight yaitu menaikkan rating rekomendasi untuk saham2 Indonesia. Meskipun demikian, berita penurunan rating saham Indonesia oleh Credit Suisse ini tidak butuh waktu lama untuk membuat IHSG koreksi selama 5 hari berturut-turut.
Tapi kalau menurut penulis sendiri, IHSG saat itu memang sudah berada di kondisi overbought, di mana IHSG kita sudah naik terlalu tinggi. Dan setiap kalau IHSG sebenarnya sudah koreksi, di akhir sesi IHSG selalu dikerek naik dengan aksi beli saham yang besar, sehingga IHSG nggak jadi turun.
Dan pada saat berita tentang penurunan rating saham Indonesia turun, saya juga banyak melihat diskusi2 trader yang membahas soal ini. Karena meskipun saya yakin itu berita yang sifatnya hanya sementara, tapi berita2 ini cukup "mengganggu" trader, karena faktanya IHSG langsung turun setelah adanya berita soal rating saham.
Hal-hal seperti ini juga tidak terjadi sekali dua kali. Tiap kali ada rekomendasi bobot saham Indonesia, biasanya akan berpengaruh ke IHSG. Namun setelah IHSG turun selama seminggu, IHSG langsung berbalik arah lagi dengan cepat.
As usual, hal-hal semacam ini sudah sering terjadi di pasar saham. Dan sebenarnya tidak ada yang kita khawatirkan tentang berita2 dan dampaknya ke IHSG, apalagi berita2 tentang rating, bobot saham itu biasanya efeknya cuma jangka pendek.
Perlu Kamu ketahui juga, di pasar saham berita-berita yang negatif atau berita yang punya dampak seolah-olah negatif terhadap saham, biasanya berita2 ini akan dijadikan alasan pelaku pasar untuk ambil untung. Apalagi, kalau secara teknikal, IHSG memang sudah cukup tinggi.
Jadi sebenarnya kalau IHSG lagi drop-dropnya hanya karena alasan2 seperti penurunan rekomendasi saham Indonesia, maka bukankah hal ini justru menarik bagi Kamu untuk beli saham di saat turun?
Dan pada saat berita tentang penurunan rating saham Indonesia turun, saya juga banyak melihat diskusi2 trader yang membahas soal ini. Karena meskipun saya yakin itu berita yang sifatnya hanya sementara, tapi berita2 ini cukup "mengganggu" trader, karena faktanya IHSG langsung turun setelah adanya berita soal rating saham.
Hal-hal seperti ini juga tidak terjadi sekali dua kali. Tiap kali ada rekomendasi bobot saham Indonesia, biasanya akan berpengaruh ke IHSG. Namun setelah IHSG turun selama seminggu, IHSG langsung berbalik arah lagi dengan cepat.
As usual, hal-hal semacam ini sudah sering terjadi di pasar saham. Dan sebenarnya tidak ada yang kita khawatirkan tentang berita2 dan dampaknya ke IHSG, apalagi berita2 tentang rating, bobot saham itu biasanya efeknya cuma jangka pendek.
Perlu Kamu ketahui juga, di pasar saham berita-berita yang negatif atau berita yang punya dampak seolah-olah negatif terhadap saham, biasanya berita2 ini akan dijadikan alasan pelaku pasar untuk ambil untung. Apalagi, kalau secara teknikal, IHSG memang sudah cukup tinggi.
Jadi sebenarnya kalau IHSG lagi drop-dropnya hanya karena alasan2 seperti penurunan rekomendasi saham Indonesia, maka bukankah hal ini justru menarik bagi Kamu untuk beli saham di saat turun?