Di pasar saham kita, saham Dapat dibagi menjadi tiga level yaitu saham lapis satu alias blue chip, saham lapis dua dan saham lapis tiga. Tentu saja saham blue chip adalah saham yang levelnya paling tinggi.
Saham blue chip adalah saham yang paling banyak ditransaksikan, dan juga punya likuiditas saham yang baik, serta termasuk dalam perusahaan yang mana (mature company). Sehingga, saya tidak jarang mendengar trader yang mengatakan bahwa kalau mau untung, kalau mau yang pasti2, beli aja saham blue chip.
Pertanyaannya: Benarkah kalau Kamu beli saham blue chip Kamu pasti untung?
Berdasarkan pengalaman saya, saham apapun yang Kamu beli, tidak menjamin Kamu pasti untung, sekalipun itu adalah salah blue chip.
Anda yang sering membaca tulisan2 di Saham Gain, Kamu mungkin protes: Di tulisan ini: Beli Saham Cepat Profit? Belilah Saham Blue Chip, bukannya Pak Heze sendiri yang mengatakan kalau saham blue chip adalah saham yang aman dan cenderung lebih cepat memberikan profit?
Memang saham2 blue chip adalah saham2 yang lebih mudah naik setelah turun. Selain itu, blue chip juga lebih minim risiko. Di saham blue chip Kamu juga tidak akan temukan saham yang tiba2 turun 10% hanya dalam hitungan menit.
Tapi sekali lagi, beli saham blue chip tidak menjamin Kamu pasti untung. Lagian di pos tersebut, saya juga menuliskan poin-poin tambahan, bahwa kalau Kamu mau untung di saham blue chip, Kamu harus melihat momentum yang pas, dan melakukan analisa teknikal yang lebih komprehensif. Dan sebenarnya ini juga berlaku di saham2 lain (non blue chip).
Jika Kamu membeli saham blue chip tapi Kamu tidak memahami momentum trading yang baik. Jika Kamu beli saham chip tapi Kamu tidak tahu cara screening saham. Jika Kamu beli saham blue chip saat harga sahamnya sudah sangat tinggi misalnya, maka bukan tidak mungkin saham Kamu justru nyangkut.
Itu artinya, supaya Kamu Dapat untung dari saham2 blue chip (dan saham2 lainnya juga), Kamu harus melakukan analisis teknikal, screening saham, dan pahami momentum yang tepat. Baca juga: Cara Memilih Saham Bagus untuk Trading.
Apabila tujuan Kamu adalah trading, jangan hanya membeli saham cuma karena saham tersebut brandnya bagus, dikenal, dan banyak yang membeli.
Itu boleh saja. Tetapi Kamu perlu melakukan analisa2 dan riset lebih lanjut, untuk memutuskan apakah saham tersebut layak dibeli secara analisis teknikal atau Kamu masih harus wait and see.
Walaupun saham2 blue chip kalau kita tarik tren jangka yang sangat panjang diatas 3 tahun, trennya selalu naik, namun tidak bijaksana jika saham Kamu nyangkut berlama-lama karena Kamu beli saham, hanya karena ada 'stigma' kata-kata 'saham blue chip'.
Contoh konkritnya?? Ada banyak. Saya kasih satu contoh saja yaitu saham blue chip BBRI. BBRI setelah stock split kedua kalinya, harganya 'balik' jadi 2.900-3.000. Saat itu BBRI ramai2 diakumulasi karena harganya sangat murah.
Tidak butuh waktu lama untuk menaikkan saham BBRI dari 2.900 sampai 3.920. Tetapi disini juga banyak sekali trader yang nggak sempat beli sahamnya. Nah, karena ada stigma bahwa BBRI adalah saham blue chip, sehingga nanggung kalau nggak dibeli.
Ada stigma2 bahwa BBRI sahamnya bagus, maka akhirnya mayoritas trader yang belum sempat beli ini, langsung membeli BBRI begitu saja. Padahal ketika itu mayoritas blue chip sudah naik tinggi. Demikian juga dengan IHSG yang sudah mulai banyak sentimen2 negatif setelah naik drastis. Perhatikan grafik BBRI dibawah ini:
Di harga yang sudah melambung tinggi dan mulai membentuk double top di 3.900 (tanda persegi), banyak sekali trader yang beli di harga tersebut. Tidak lama kemudian BBRI langsung turun dalam beberapa bulan, sampai dibawah 3.000.
Saat itu banyak trader yang bertanya apakah BBRI Dapat balik lagi diatas 3.900? Sampai kapan BBRI turun? Dan sebagainya.
Walaupun akhirnya BBRI Dapat balik juga sampai diatas 3.950, karena saham ini adalah saham blue chip yang notabene selalu dikoleksi, namun BBRI butuh waktu setahun lebih untuk balik diatas 3.900.
Apa pelajaran yang Kamu ambil dari sini? Dari sini kita semua Dapat menyimpulkan bahwa beli saham blue chip tidak berarti Kamu pasti untung. Memang dalam jangka lebih panjang, saham2 blue chip akan uptrend, seperti BBRI ini contohnya.
Tetapi jika tujuan Kamu adalah trading, dan saham Kamu nyangkut lama hanya karena Kamu tidak melakukan analisis sebelum membeli, maka hal tersebut tidaklah benar, dan tidak saya sarankan.
Dari contoh BBRI diatas, kalau trader tidak terburu-buru membeli hanya karena stigma blue chip ini tadi, maka harusnya Kamu Dapat mendapatkan BBRI di harga lebih murah (bahkan lebih dari sekali), dan menjual di harga tinggi.
Jadi sebenarnya pertanyaan: Apakah beli saham blue chip pasti untung? Itu sama dengan kalau Kamu bertanya: Apakah trading saham itu pasti untung?
Jawabannya tidak kalau Kamu tidak memahami analisis2 dan momentum untuk trading. Karena saat Kamu berada dalam posisi tidak mengerti dan hanya asal membeli, maka itu sama saja dengan gambling. Kamu tahu bahwa gambling dalam hal apapun tidak mungkin Dapat memberikan keuntungan yang konsisten.
Meskipun dengan melakukan analisa yang benar, saham Kamu mungkin Dapat turun beberapa poin setelah Kamu beli, tapi faktanya jika Kamu membeli saham yang benar dan analisa yang tepat, Kamu cuma perlu menunggu sedikit waktu saja untuk Dapat untung.
Sehingga, Kamu tidak terjebak melulu membeli saham2 tanpa arah yang jelas. Saya pernah menuliskannya disini: Saham Turun: Pilih Hold atau Cut Loss?
Berdasarkan pengalaman saya, saham apapun yang Kamu beli, tidak menjamin Kamu pasti untung, sekalipun itu adalah salah blue chip.
Anda yang sering membaca tulisan2 di Saham Gain, Kamu mungkin protes: Di tulisan ini: Beli Saham Cepat Profit? Belilah Saham Blue Chip, bukannya Pak Heze sendiri yang mengatakan kalau saham blue chip adalah saham yang aman dan cenderung lebih cepat memberikan profit?
Memang saham2 blue chip adalah saham2 yang lebih mudah naik setelah turun. Selain itu, blue chip juga lebih minim risiko. Di saham blue chip Kamu juga tidak akan temukan saham yang tiba2 turun 10% hanya dalam hitungan menit.
Tapi sekali lagi, beli saham blue chip tidak menjamin Kamu pasti untung. Lagian di pos tersebut, saya juga menuliskan poin-poin tambahan, bahwa kalau Kamu mau untung di saham blue chip, Kamu harus melihat momentum yang pas, dan melakukan analisa teknikal yang lebih komprehensif. Dan sebenarnya ini juga berlaku di saham2 lain (non blue chip).
Jika Kamu membeli saham blue chip tapi Kamu tidak memahami momentum trading yang baik. Jika Kamu beli saham chip tapi Kamu tidak tahu cara screening saham. Jika Kamu beli saham blue chip saat harga sahamnya sudah sangat tinggi misalnya, maka bukan tidak mungkin saham Kamu justru nyangkut.
Itu artinya, supaya Kamu Dapat untung dari saham2 blue chip (dan saham2 lainnya juga), Kamu harus melakukan analisis teknikal, screening saham, dan pahami momentum yang tepat. Baca juga: Cara Memilih Saham Bagus untuk Trading.
Apabila tujuan Kamu adalah trading, jangan hanya membeli saham cuma karena saham tersebut brandnya bagus, dikenal, dan banyak yang membeli.
Itu boleh saja. Tetapi Kamu perlu melakukan analisa2 dan riset lebih lanjut, untuk memutuskan apakah saham tersebut layak dibeli secara analisis teknikal atau Kamu masih harus wait and see.
Walaupun saham2 blue chip kalau kita tarik tren jangka yang sangat panjang diatas 3 tahun, trennya selalu naik, namun tidak bijaksana jika saham Kamu nyangkut berlama-lama karena Kamu beli saham, hanya karena ada 'stigma' kata-kata 'saham blue chip'.
Contoh konkritnya?? Ada banyak. Saya kasih satu contoh saja yaitu saham blue chip BBRI. BBRI setelah stock split kedua kalinya, harganya 'balik' jadi 2.900-3.000. Saat itu BBRI ramai2 diakumulasi karena harganya sangat murah.
Tidak butuh waktu lama untuk menaikkan saham BBRI dari 2.900 sampai 3.920. Tetapi disini juga banyak sekali trader yang nggak sempat beli sahamnya. Nah, karena ada stigma bahwa BBRI adalah saham blue chip, sehingga nanggung kalau nggak dibeli.
Ada stigma2 bahwa BBRI sahamnya bagus, maka akhirnya mayoritas trader yang belum sempat beli ini, langsung membeli BBRI begitu saja. Padahal ketika itu mayoritas blue chip sudah naik tinggi. Demikian juga dengan IHSG yang sudah mulai banyak sentimen2 negatif setelah naik drastis. Perhatikan grafik BBRI dibawah ini:
Analisis Harga Saham BBRI |
Saat itu banyak trader yang bertanya apakah BBRI Dapat balik lagi diatas 3.900? Sampai kapan BBRI turun? Dan sebagainya.
Walaupun akhirnya BBRI Dapat balik juga sampai diatas 3.950, karena saham ini adalah saham blue chip yang notabene selalu dikoleksi, namun BBRI butuh waktu setahun lebih untuk balik diatas 3.900.
Apa pelajaran yang Kamu ambil dari sini? Dari sini kita semua Dapat menyimpulkan bahwa beli saham blue chip tidak berarti Kamu pasti untung. Memang dalam jangka lebih panjang, saham2 blue chip akan uptrend, seperti BBRI ini contohnya.
Tetapi jika tujuan Kamu adalah trading, dan saham Kamu nyangkut lama hanya karena Kamu tidak melakukan analisis sebelum membeli, maka hal tersebut tidaklah benar, dan tidak saya sarankan.
Dari contoh BBRI diatas, kalau trader tidak terburu-buru membeli hanya karena stigma blue chip ini tadi, maka harusnya Kamu Dapat mendapatkan BBRI di harga lebih murah (bahkan lebih dari sekali), dan menjual di harga tinggi.
Jadi sebenarnya pertanyaan: Apakah beli saham blue chip pasti untung? Itu sama dengan kalau Kamu bertanya: Apakah trading saham itu pasti untung?
Jawabannya tidak kalau Kamu tidak memahami analisis2 dan momentum untuk trading. Karena saat Kamu berada dalam posisi tidak mengerti dan hanya asal membeli, maka itu sama saja dengan gambling. Kamu tahu bahwa gambling dalam hal apapun tidak mungkin Dapat memberikan keuntungan yang konsisten.
Meskipun dengan melakukan analisa yang benar, saham Kamu mungkin Dapat turun beberapa poin setelah Kamu beli, tapi faktanya jika Kamu membeli saham yang benar dan analisa yang tepat, Kamu cuma perlu menunggu sedikit waktu saja untuk Dapat untung.
Sehingga, Kamu tidak terjebak melulu membeli saham2 tanpa arah yang jelas. Saya pernah menuliskannya disini: Saham Turun: Pilih Hold atau Cut Loss?